Menunggu dengan Cinta Sederhana

I: “Apa yang harus saya lakukan, kenapa cerita-cerita seperti itu masih tetap saja aku dengar, sebuah cerita yang memang harus ku dengar tapi mengapa terasa begitu penyakitkan”.

D: “Sudah lah, yakinkan saja dirimu. Ingat komitmen yang kamu buat, kau menunggunya kan?”

I: “Iya, tetap dan masih aku pegang komitmen yang aku buat dan aku sepakati sendiri itu. Tapi kenapa cerita-cerita itu terus mengusikku, bahkan kadang membuat aku ragu. Apa aku keliru dengan komitmenku, sebuah komitmen menunggu dan mencintai dengan sederhana itu”.

D: “Apa yang keliru dengan komitmenmu itu, kau menunggu waktu yang sangat tepat dan indah kan. Entah berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk menunggu, jika kamu sudah memilih dan yakin dengan komitmenmu itu, kenapa kamu masih bisa ragu, sudah jalani saja. Biarkan takdir yang bicara”.

I: “Ya, memang takdir yang pasti tau jawabnya. Tapi, apa aku ini terlalu munafik, terlalu bermimpi, terlalu berbasa-basi, terlalu takut dan sangat tidak tegas, tapi bagaimana aku bisa tegas jika aku berkaca siapa diriku. Aku hanya bisa bilang terserah. Ya terserah, ketika cerita-cerita itu menyakiti telinga hatiku”.

D: “Lho kenapa kamu cuma bilang terserah, bukankah itu jawaban yang sangat membebaskan. Sangat tidak tegas kamu kalau seperti itu”.

I: “Terus bagaimana aku menjawabnya, apa aku harus bilang tidak, jangan, awas, dan jawaban-jawaban mencegah lainnya. Ya, memang jawaban terserah itu membebaskan, bebas untuk memilih. Tapi kuharap pilihannya terbaik dan terindah untuknya”.

D: “Ya kamu jangan begitu, kalau dia memilih tidak seperti pilihan dan harapanmu bagaimana?”

I: “Ya tentunya aku kecewa, tapi itulah resiko dari jawabanku. Karena bagiku pilihannya pasti menjadikan dia lebih bahagia”.

D: “Yaa berarti itu namanya pasrah dong…”

I: “Bukan pasrah, tapi aku takut dan sangat jika aku sampai menyakiti hatinya dan membuat dia tidak bahagia karena pilihanku”.

D: “Bagaimana kalo pilihannya menyakiti hatimu atau bahkan tidak memilihmu?”

I: “Hehe, sakit tentunya , tapi itu konsekuensi yang harus aku terima. Karena membuat dia lebih baik dan bahagia adalah hal sangat indah buatku”.

D: “Ya kalo itu memang komitmen dan pilihanmu. Maka kamu harus selalu siap dengan apapun yang terjadi entah baik atau tidak buat dirimu”.

I: “Yah, aku siap akan hal itu, karena bagiku cinta itu sederhana, bahkan hakikatnya pun melepaskan. Melepaskan demi kebaikan, keindahan dan kebahagiaan untuk orang yang kita cinta”.

Love Apple

Baid & Callista

My Apple Fairy